Kamis, 22 Maret 2012

SEJARAH ANESTESI


Sejarah panjang anestesi dimulai dari jaman dulu, tetapi evolusi dari spesialisasi dimulai pada pertengahan abad ke-19 dan mulai establish kurang dari 6 dekade yang lalu. Peradaban jaman dulu sudah mengenal opium poppy, daun coca, akar mandrake, alkohol, dan bahkan phlebotomy sampai pasiennya tidak sadar sehingga dokter bedah dapat melakukan operasi. Sangat menarik mengetahui bahwa orang Mesir kuno menggunakan opium poppy dan hyoscyamus (hyoscyamine dan scopolamine), dimana pada kedokteran modern, kombinasi morfin dan skopolamin masih dipergunakan sebagai premedikasi. Anestesi regional pada jaman dahulu  dilakukan dengan penekanan pada saraf (nerve ischemia) atau pemberian benda dingin (cryoanalgesia). Suku Inca melakukan praktik anestesi lokal dimana dokter bedah mereka mengunyah daun coca dan menyemburkan air liurnya (yang diperlirakan mengandung cocaine) pada luka operasi. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk mengobati patah tulang, luka, amputasi dan pengangkatan batu buli-buli. Tetapi, ada beberapa peradaban yang bias melakukan operasi pembedahan kepala.

Seorang filsuf Yunani yang bernama Dioscorides pertama kali menggunakan istilah anesthesia pada abad pertama setelah Masehi untuk menjelaskan efek yang mirip opioid dari tumbuhan mandragora. Selanjutnya didefinisikan dalam Bailey’s An Universal Etymological English Britannica (1721) sebagai “a defect of sensation” dan juga di dalam Encyclopedia Britannica (1771) sebagai “privation of the senses”. Istilah anestesi kemudian belakangan mengacu pada keadaan ”menyerupai-tidur” yang memungkinkan dilakukan pembedahan tanpa rasa nyeri yang diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes pada tahun 1846.

Eter merupakan salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia kedokteran. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobeniusmengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan N2O pada tahun 1777, dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davymenjelaskan kegunaan gas N2O dalam menghilangkan rasa sakit.


Sebelum tahun 1844, gas eter maupun N2O banyak digunakan untuk pesta mabuk-mabukan. Mereka menamai zat tersebut "gas tertawa", karena efek dari menghirup gas ini membuat orang tertawa dan lupa segalanya.


Penggunaan eter atau gas N2O sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia bereksperimen dengan N2O sebagai penghilang rasa sakit kepada pasiennya saat dicabut giginya. Sayangnya usahanya mempertontonkan di depan mahasiswa kedokteran John C. Warren di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston gagal, bahkan mendapat cemoohan. Usahanya diteruskan William Thomas Green Morton.


Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran gigi di Baltimore College of Dental Surgery. Morton meneruskan kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa sakit.


Morton berpikir untuk menggunakan gas N2O dalam praktiknya sebagaimana yang dilakukan Wells. Kemudian ia meminta gas N2O kepada Charles Jackson, seorang ahli kimia ternama di sekolah kedokteran Harvard. Namun Jackson justru menyarankan eter sebagai pengganti gas N2O.


Morton menemukan efek bius eter lebih kuat dibanding gas N2O. Bahkan pada tahun 1846 Morton mendemonstrasikan penggunaan eter dalam pembedahan di rumah sakit umum Massachusetts. Saat pasien dokter Warren telah siap, Morton mengeluarkan gas eter (atau disebutnya gas letheon) yang telah dikemas dalam suatu kantong gas yang dipasang suatu alat seperti masker. Sesaat pasien yang mengidap tumor tersebut hilang kesadaran dan tertidur. Dokter Warren dengan sigap mengoperasi tumor dan mengeluarkannya dari leher pasien hingga operasi selesai tanpa hambatan berarti.


Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis oleh William Hart.


Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat anestesi telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia.


Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing mengklaim zat anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter bernama Crawford W. Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun 1842, empat tahun sebelum Morton mempublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah menggunakan eter di setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya mempraktikkan untuk pasien-pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala, dokter Long tetap menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.




Wells, Morton, dan Jackson menghabiskan hidupnya demi pengakuan dari dunia bahwa zat anestesi merupakan hasil temuannya. Morton selama dua puluh tahun menghabiskan waktu dan uangnya untuk mempromosikan hasil temuannya. Ia mengalami masalah meskipun ia telah mendaftarkan hak patennya di lembaga paten Amerika Serikat. Ketika tahun 1847 dunia kedokteran mengetahui, zat yang digunakan adalah eter yang telah digunakan sejak abad 16, Morton tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendapat keuntungan dari patennya. Jackson juga mengklaim, dirinya juga berhak atas penemuan tersebut.


Sumber: 
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. 4th ed. 2006.

Rabu, 29 Februari 2012

DOKTER ANESTESI


Ketika seorang pasien akan menjalani operasi, sebagian besar dari mereka memikirkan bahwa dokter anestesi adalah “ dokter dengan masker di wajah” yang akan membuat mereka tidur sebelum dilakukan tindakan pembedahan dan membangunkan mereka setelah operasinya selesai. Sebagian besar dari pasien tidak menyadari seberapa besar tanggung jawab dokter anestesi diantara tindakan “menidurkan sampai membangunkan” pasien tersebut. Kadang-kadang mereka lupa pernah “berkenalan” dengan dokter anestesi.

Siapakah dokter anestesi?

Seorang dokter anestesi melakukan peran yang sangat penting di kamar operasi, tidak semata-mata membuat pasiennya “tidur”, tetapi dokter anestesi juga harus membuat keputusan untuk melindungi dan menjaga fungsi-fungsi vital dari sistem organ pasien sehingga dapat berjalan dengan baik dan mempertahankan “kehidupan” pasien. Dokter anestesi juga biasanya bertugas untuk mendiagnosa dan menangani masalah yang mungkin timbul selama operasi atau pada masa pemulihan, dalam perspektif keselamatan pasien secara umum.

Sebenarnya ilmu anestesi mencakup domain yang luas dan tidak terbatas untuk kepentingan operasi saja. Dokter anestesi juga merupakan dokter yang bergerak di bidang kedokteran gawat darurat (emergency medicine) dan penanganan nyeri (pain medicine). Mereka membantu pasien dengan penyakit kronis untuk dapat hidup lebih baik melalui manajemen nyeri. Selain itu, dokter anestesi juga ikut berkecimpung dalam pelayanan di unit terapi intensif (ICU), dimana dokter anestesi ikut mengobati pasien dengan komplikasi paru dan jantung, pengendalian infeksi serta dukungan hidup lanjutan.

Spesialisasi dokter anestesi merupakan spesialisasi yang unik karena memerlukan kerjasama dengan hampir sebagian dokter spesialis lain serta sedikit-tidaknya memahami ilmu dari bidang lain, termasuk bedah beserta subspesilasisnya, ilmu penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, THT, mata, begitu juga dengan farmakologi klinis, fisiologi terapan, dan teknologi biomedik. Aplikasi dari teknologi biomedik dalam bidang anestesi membuat praktik anestesi menjadi berkembang pesat dan lebih menyenangkan.

Sumber: 
American Sociaty of Anesthesiology (ASA).
The Practice of Anesthesiology: Introduction. In: Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. 4th ed. 2006.